Hanya modal 'pandai berbicara', bisa menjadi seorang ustadz? Maka akan sesat umat ini

by Azwan


Agama bukanlah panggung politik, yang seenaknya kita berargumen, atau fasih dalam menyusun kata yang membuat decak kagum, ataupun pandai dalam beretorika dan berpendapat terhadap sesuatu. Namun agama Islam itu agama ilmu, agama yang berdalil, setiap argumen harus berlandaskan pada al Qur'an dan as Sunnah, harus dengan ilmu yang betul-betul ilmu, bukan ilmu abal-abal. Jangan hanya karena fasih berbicara didepan umum lantas kita seenaknya berbicara tentang agama. Jika seperti itu, orang yang tak tau ilmu agama, berbicara tentang agama, meski fasih dalam menyusun kosa kata, maka umat akan tersesat.


Itu mengapa para ulama Salafu as Shaleh itu tidak pernah absen untuk menuntut ilmu, setiap waktunya digunakan untuk menuntut ilmu. Bukan hanya sekedar mendengar atau membaca, namun mereka (Ulama Salaf) betul-betul mempelajari ilmu agama dengan sangat tekun dan teliti sesuai apa yang disampaikan Rasulullah dan para sahabat. Ketika mereka berijtihad ataupun berfatwa, ijtihad mereka selalu bersumber dari al Qur'an dan as Sunnah, tidak akan melenceng darinya, karena mereka tau bahwa agama Islam agama yang berdalil, dan mereka takut berbicara tanpa ada landasan yang jelas dari kedua sumber tersebut. Karena mereka sangat tau betul, setiap ucapan pasti akan dipertanggungjawabkan.


Berbeda dengan masa sekarang, jika ada orang yang pandai berargumen, fasih berbicara, maka bisa menjadi ustadz. Bahkan jika ada yang baru berhijrah (kurang ilmu agama), yang sebenarnya mereka harus menuntut ilmu, tapi malah bisa menjadi ustadz. Mereka hanya membaca buku-buku ceramah dan dakwah, kemudian bisa berdiri didepan umat, membicarakan perkara yang sebenarnya mereka sendiri belum paham tentang perkara tersebut. Ini yang membuat sekarang banyak syubhat-syubhat yang menyesatkan, sebab orang yang tak berilmu pun bisa menjadi seorang ustadz, asalkan pandai berbicara dan berceramah didepan jamaah, dengan menghafal dua atau tiga ayat agar kelihatan lebih meyakinkan. Bahkan jika mereka menafsiran ayat-ayat al Qur'an, hanya menggunakan hawa nafsu dan pemikirannya tanpa mengambil rujukan dan pendapat dari ulama-ulama (tafsir) terdahulu. Sehingga banyak pendapat dan pernyataannya yang menyimpang dan sesat, yang membuat orang awam ikut tersesat. Mereka lupa, bahwa ucapannya akan menjadi boomerang baginya kelak.


Atau orang yang berilmu namun yang disampaikan tidak sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah, meski mereka tau kebenaran namun karena ingin menyesatkan umat, jadi mereka menyampaikan syubhat-syubhat ditengah umat.


Ya begitulah, tanda-tanda jika kiamat sudah dekat, akan banyak keanehan bermunculan, orang bodoh berbicara tentang agama, munculnya da'i-da'i yang menyeru pada kesesatan, munculnya ulama-ulama suu' yang mengiring umat ke neraka. Bisa kita lihat sekarang, berbagai syubhat ditengah umat terjadi, musik sudah dianggap halal, riba diperbolehkan, ibadah yang tidak ada landasannya dikerjakan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terlebih lagi syubhat tentang masalah akidah, yang mengatakan bahwa Allah ada tanpa tempat, Allah ada dimana-mana dan lainnya, ini tentu sangatlah berbahaya, mengingat bahwa akidah adalah hal yang utama dalam agama ini, jika akidah rusak maka rusaklah seluruh agama kita.


Maka dari itu, untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi, agar akidah kita tetap sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah, agar syubhat-syubhat dan pemikiran sesat tidak menggerogoti akal kita, dan agar kita terhindar dari ilmu-ilmu yang sesat, maka kita harus betul-betul memilih guru yang lurus manhaj dan akidahnya untuk diambil Ilmunya, guru yang menjadikan Al Qur'an dan Sunnah sebagai sumber utama, tidak mengunakan hawa nafsunya namun selalu mengambil rujukan dari ulama salaf, dan yang penting apa yang disampaikan tidak bertentangan dengan Kalamullah (Al Qur'an) dan Sunnah Rasulullah (Hadits).


Jauhi majelis-majelis yang berisi syubhat-syubhat, karena yang ditanamkan dalam majelis tersebut adalah kesesatan. Karena syubhat sangatlah berbahaya, perkara yang samar-samar yang bisa membuat kita terjerumus kepada kesesatan. Jangan pula kita menggunakan kaidah 'ambil baiknya, buang buruknya' karena kita tidak tau yang mana baik dan yang menyesatkan tanpa ilmu terlebih dulu. Lebih baik bahkan harus memilih guru yang jelas Manhajnya dan lurus Akidahnya. Datangilah majelis-majelis yang didalamnya selalu mengedepankan Al Qur'an dan Sunnah dan selalu merujuk kepada pendapat-pendapat ulama terdahulu, sebab itulah ilmu agama yang tidak akan menyesatkan. InsyaAllah.


Wallahu A'lam.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Hanya modal 'pandai berbicara', bisa menjadi seorang ustadz? Maka akan sesat umat ini"

Posting Komentar

Syukran atas kunjungannya, jazakumullahu khair.
• Berkomentarlah dengan baik, sopan dan hindari debat kusir.
• Silahkan memberi kritikan dan saran yang membangun.