Fenomena Perayaan Maulid Nabi

Oleh Azwan

Kalau mau membandingkan siapa yang paling mencintai Nabi, maka jawabannya adalah para sahabat dan para tabi'in. Jika ingin membandingkan siapa yang paling shaleh, maka jawabannya adalah para sahabat dan para tabi'in. Jika ingin membandingkan siapa yang paling mengamalkan Sunnah nabi, maka jawabannya adalah para, sahabat dan tabi'in. Merekalah adalah generasi terbaik umat ini, sebagimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ، سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

"dari 'Abdullah mengatakan, Pernah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya; "Siapakah manusia yang terbaik?" Nabi menjawab: "yaitu generasiku, kemudian generasi sesudah mereka, kemudian generasi sesudah mereka,"
HR. Al Bukhari dan Muslim

Para sahabat adalah generasi terbaik umat ini sebagimana yang nabi sebutkan, kemudian generasi setelahnya yaitu para tabi'in, kemudian generasi setelahnya yaitu tabiut tabi'in. Namun, sepanjang sejarah perjalanan mereka, tak pernah ada kisah yang menyebutkan bahwa mereka pernah melakukan perayaan maulid (hari lahir nabi). Bahkan di kitab-kitab karya mereka (para Ulama') tidak ada yang menceritakan bahwa sahabat melakukan perayaan maulid. Isi kitab mereka kebanyakan tentang Tauhid dan Akidah, Hukum (Syariah), atau menuliskan sunnah-sunnah Rasulullah. Kita tidak akan menemukan didalam kitab mereka tentang anjuran untuk merayakan maulid. Bahkan sebagian ulama menyebutkan dibeberapa dikitabnya mereka bahwa perayaan maulid merupakan salah satu amalan bid'ah yang tidak ada tuntunannya dalam agama.

Kita simak beberapa penuturan mereka:

[1] Keterangan Tajuddin al-Fakihani (ulama Malikiyah w. 734 H),

لا أعلم لهذا المولد أصلاً في كتاب ولا سنة، ولا ينقل عمله عن أحد من علماء الأمة، الذين هم القدوة في الدين، المتمسكون بآثار المتقدمين، بل هو بِدعة أحدثها البطالون

Saya tidak mengetahui adanya satupun dalil dari al-Quran dan sunah tentang maulid. Dan tidak ada nukilan dari seorangpun ulama umat ini, yang mereka adalah panutan dalam agama, berpegang dengan prinsip pendahulunya. Bahkan peringatan ini adalah perbuatan bid’ah yang dibuat ahli bathil. (Risalah al-Maurid fi Hukmi al-Maulid, hlm. 1).


[2] Keterangan as-Syathibi (w. 790 H)

فمعلوم أن إقامة المولد على الوصف المعهود بين الناس بدعة محدثة وكل بدعة ضلالة

Semua paham bahwa mengadakan maulid seperti yang ada di masyarakat di masa ini adalah bid’ah, sesuatu yang baru dalam agama. Dan semua bid’ah adalah sesat. (Fatawa as-Syatiby, hlm. 203).

[3] Keterangan as-Sakhawi (ulama Syafiiyah dari Mesir, muridnya Ibnu Hajar al-Asqalani),

أصل عمل المولد الشريف لم ينقل عن أحد من السلف الصالح في القرون الثلاثة الفاضلة

Asal perayaan maulid as-Syarif (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak dinukil dari seorangpun dari ulama salaf yang hidup di tiga generasi terbaik. (al-Maurid ar-Rawi fi al-Maulid an-Nabawi, hlm. 12)

[4] Pujian as-Suyuthi terhadap keterangan Abu Amr bin al-Alla’ (w. 154 H)

ولقد أحسن الإمام أبو عمرو بن العلاء حيث يقول: لا يزال الناس بخير ما تعجب من العجب – هذا مع أن الشهر الذي ولد فيه رسول الله وهو ربيع الأول هو بعينه الشهر الذي توفي فيه، فليس الفرح بأولى من الحزن فيه

Sungguh benar yang dinyatakan Imam Abu Amr bin al-Alla’, beliau mengatakan, “Masyarakat akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka masih merasa terheran. Mengingat bulan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Rabiul Awal, yang ini juga merupakan bulan wafatnya beliau. Sementara bergembira di bulan ini karena kelahirannya, tidak lebih istimewa dari pada bersedih karena wafatnya beliau. (al-Hawi Lil Fatawa, 1/190).

Namun, anehnya masa sekarang sebagian umat Islam (yang belum tahu) menganggap bahwa merayakan maulid merupakan anjuran dan menganggap memiliki keutamaan. Jika, amalan ini memang baik dan memiliki keutamaan, maka para sahabat adalah orang yang paling berhak untuk melakukannya karena merekalah yang paling mencintai Rasulullah ataupun para tabi'in. Tapi nyatanya tidak demikian. Mereka bahkan mengatakan bahwa amalan ini tidak ada anjurannya dan tidak memiliki tuntunan.

Pernah juga, seorang ustadz kondang (dan beberapa ustadz yang setuju dengan maulid) mengatakan bahwa orang yang tidak merayakan maulid adalah orang kafir dan orang tidak senang dengan kelahiran nabi dan tidak mencintai nabi. Sungguh perkataan yang jahil dan tidak berdalil. Inilah akibat jika beragama dengan hawa nafsu. Karena jika kita memang sangat mencintai nabi, maka hal utama yang wajib kita lakukan adalah mengikuti dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau, dan meninggalkan amalan-amalan bid'ah yang tidak ada tuntunannya. Itulah yang dilakukan para sahabat dan generasi setelahnya, mereka senantiasa menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah disebabkan kecintaan mereka kepada Nabi, seperti shalat sunnah, puasa, ataupun amalan-amalan kecil lainnya, bukan malah merayakan hari kelahirannya.

Anehnya masa sekarang, sebagian besar umat Islam getol merayakan maulid setiap tahun beranggapan tanda cintanya pada nabi, namun malah meninggalkan sunnah-sunnah nabi yang pernah diajarkan bahkan ada yang membencinya. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat dan tabi'in. Generasi sekarang hanya mengedepankan hawa nafsu. Jika apa yang sesuai dengan nafsunya, maka dilakukan, dan jika tidak maka mereka tinggalkan. Tidak heran jika umat terpecah belah dan semakin melemah disebabkan oleh beberapa kejahilan umat Islam sendiri.

Untuk itu, kita sebagai muslim yang mencintai nabi, maka ketika hendak melakukan sebuah amalan dalam agama ini maka hendaknya melihat dalilnya dalam Al Qur'an dan Sunnah, atau melihat sejarah apakah nabi, sahabat ataupun tabi'in pernah melakukan, karena itu merupakan kewajiban kita untuk mengikuti nabi dan generasi-generasi yang disebutkan nabi. Karena Allah dan RasulNya menjamin kita akan selamat dengan mengikuti mereka, sebagaimana sabda Rasulullah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

"dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap umatku masuk surga selain yang enggan, " Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?" Nabi menjawab: "Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang membangkang aku berarti ia enggan."
HR. Al Bukhari

Wallahu A'lam
[Dikutip dari beberapa sumber]

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Fenomena Perayaan Maulid Nabi"

Posting Komentar

Syukran atas kunjungannya, jazakumullahu khair.
• Berkomentarlah dengan baik, sopan dan hindari debat kusir.
• Silahkan memberi kritikan dan saran yang membangun.