Oleh Azwan
Ada asumsi sebagian wanita muslimah yang berkembang tentang jilbab. Mereka mengatakan, bahwa "lebih baik tidak berjilbab tapi hatinya baik, daripada berjilbab tapi hatinya busuk". Ini merupakan kalimat untuk membenarkan pelepasan jilbab dengan dalih yang penting hatinya baik.
Tentu ini adalah asumsi yang cukup fatal dan keliru. Mengingat bahwa jilbab adalah kewajiban setiap wanita muslimah, apakah mereka berhati baik ataupun tidak, maka jilbab tetap wajib dikenakan oleh wanita muslimah sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Jilbab adalah identitas Muslimah yang menjadi benteng dari gangguan. Sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Ada asumsi sebagian wanita muslimah yang berkembang tentang jilbab. Mereka mengatakan, bahwa "lebih baik tidak berjilbab tapi hatinya baik, daripada berjilbab tapi hatinya busuk". Ini merupakan kalimat untuk membenarkan pelepasan jilbab dengan dalih yang penting hatinya baik.
Tentu ini adalah asumsi yang cukup fatal dan keliru. Mengingat bahwa jilbab adalah kewajiban setiap wanita muslimah, apakah mereka berhati baik ataupun tidak, maka jilbab tetap wajib dikenakan oleh wanita muslimah sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Jilbab adalah identitas Muslimah yang menjadi benteng dari gangguan. Sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)
Dalam ayat diatas Allah tidak memerintahkan berjilbab jika hatinya sudah baik, namun Allah memerintahkan kepada setiap wanita muslimah yang beriman, entah berhati baik atau busuk. Jadi, tidak ada alasan bagi wanita muslimah untuk meninggalkan jilbabnya, terlebih dengan alasan yang tidak berkaitan.
Bagi mereka yang berasumsi harus memperbaiki hati dulu atau istilahnya 'jilbabin hati', sebelum menutup aurat (baca: berjilbab), sebenarnya mereka memang tidak ingin berjilbab, mereka hanya berusaha mencoba mencari-cari alasan untuk meninggalkannya, agar terlepas dari kewajibannya. Sebab, jika mereka (wanita muslimah) memang ingin berjilbab (menutup aurat), sudah sedari dulu mereka melakukannya tanpa pikir panjang.
Dan jika mau menghubungkan antara hati dan jilbab, maka mereka yang tidak berjilbab justru hatinya lebih condong kepada yang buruk/busuk, dibanding bagi mereka-mereka yang berjilbab. Karena dengan tidaknya berjilbab, berarti mereka menentang syariat Allah.
Dan bagi mereka yang berjilbab, setidaknya mereka masih taat dengan melaksanakan perintah Allah, terlepas dari apakah hatinya dan perilakunya baik atau tidak. Dan jika mereka yang berjilbab masih sering berperilaku buruk, itu bukan salah jilbabnya, namun ada yang salah pada niatnya, karena segala sesuatu tergantung niatnya.
Intinya, wanita muslimah tidak boleh meninggalkan kewajiban berjilbab dengan dalih karena hatinya belum baik. Karena ketaatan itu tidak ada alasan untuk meninggalkannya, kecuali ada alasan (udzur) yang dibenarkan oleh syariat. Dan meninggalkan jilbab karena hatinya belum baik, atau lebih baik tidak berjilbab yang penting hatinya baik, ini bukanlah udzur yang dibenarkan oleh syariat, sebab menentang syariat dengan dalih yang bukan pada tempatnya.
Wallahu A'lam
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)
Dalam ayat diatas Allah tidak memerintahkan berjilbab jika hatinya sudah baik, namun Allah memerintahkan kepada setiap wanita muslimah yang beriman, entah berhati baik atau busuk. Jadi, tidak ada alasan bagi wanita muslimah untuk meninggalkan jilbabnya, terlebih dengan alasan yang tidak berkaitan.
Bagi mereka yang berasumsi harus memperbaiki hati dulu atau istilahnya 'jilbabin hati', sebelum menutup aurat (baca: berjilbab), sebenarnya mereka memang tidak ingin berjilbab, mereka hanya berusaha mencoba mencari-cari alasan untuk meninggalkannya, agar terlepas dari kewajibannya. Sebab, jika mereka (wanita muslimah) memang ingin berjilbab (menutup aurat), sudah sedari dulu mereka melakukannya tanpa pikir panjang.
Dan jika mau menghubungkan antara hati dan jilbab, maka mereka yang tidak berjilbab justru hatinya lebih condong kepada yang buruk/busuk, dibanding bagi mereka-mereka yang berjilbab. Karena dengan tidaknya berjilbab, berarti mereka menentang syariat Allah.
Dan bagi mereka yang berjilbab, setidaknya mereka masih taat dengan melaksanakan perintah Allah, terlepas dari apakah hatinya dan perilakunya baik atau tidak. Dan jika mereka yang berjilbab masih sering berperilaku buruk, itu bukan salah jilbabnya, namun ada yang salah pada niatnya, karena segala sesuatu tergantung niatnya.
Intinya, wanita muslimah tidak boleh meninggalkan kewajiban berjilbab dengan dalih karena hatinya belum baik. Karena ketaatan itu tidak ada alasan untuk meninggalkannya, kecuali ada alasan (udzur) yang dibenarkan oleh syariat. Dan meninggalkan jilbab karena hatinya belum baik, atau lebih baik tidak berjilbab yang penting hatinya baik, ini bukanlah udzur yang dibenarkan oleh syariat, sebab menentang syariat dengan dalih yang bukan pada tempatnya.
Wallahu A'lam
Belum ada tanggapan untuk "Propaganda Terhadap Jilbab"
Posting Komentar
Syukran atas kunjungannya, jazakumullahu khair.
• Berkomentarlah dengan baik, sopan dan hindari debat kusir.
• Silahkan memberi kritikan dan saran yang membangun.