Pengikut Hawa Nafsu


Empat golongan orang sangat sulit di nasihati meski sudah dibawakan dalil, yaitu pecandu rokok, pemakan riba, pemain atau pendengar musik dan pelaku bid'ah. Kenapa? Karena mereka merasa kebiasaannya terusik. Karena sudah menjadi kebiasaan (alias kecanduan), maka mereka akan terasa terbakar seperti cacing kepanasan ketika mereka di nasihati. Mereka sering berargumen, 'apa-apa kok dilarang, apa-apa kok haram', dan ucapan-ucapan lain yang tidak didasari ilmu untuk menolak nasihat.

Memang begitulah sifat pengikut hawa nafsu, ketika kebiasaannya sudah terusik, mereka akan berusaha membantah dalil dan mencari pembenaran atas apa yang mereka lakukan. Mereka berusaha agar apa yang mereka lakukan itu dibenarkan dan tidak diganggu. Akhirnya, mereka memaksakan sebuah dalil sehingga menempatkan dalil bukan pada tempatnya atau memahami dalil dengan serampangan, ataupun mencari pendapat-pendapat yang berbeda dari pendapat jumhur ulama. Tujuannya tidak lain hanya untuk membenarkan tindakan mereka, dan kembali melakukan hal tersebut dengan bebas.

Benarlah, bahwa manhaj salaf itu berat untuk dijalani bagi mereka yang terbiasa dengan syubhat dan hawa nafsu. Karena manhaj salaf selalu menggunakan dalil di setiap lini kehidupan mereka. Berbeda jika pengikut hawa nafsu, mereka beragama bukan dengan dalil, tapi berdasarkan apa yang sesuai dengan hawa nafsunya. Jika ada dalil yang bertentangan dengan hawa nafsunya maka ditolak dan berusaha kuat untuk membantahnya, dan hanya menerima dalil yang sesuai dengan hawa nafsunya, itupun dipahami dengan pemahamannya sendiri.

Berat memang jika sudah berhadapan dengan hawa nafsu. Apalagi jika sudah terbiasa dengan sesuatu dan tiba-tiba ada yang melarangnya, tentu kita tidak terima. Tapi, itulah konsekuensi kita dalam beragama Islam, tunduk dan patuh segala aturan yang ada, dan mengesampingkan segala sesuatu yang melanggarnya. Prinsip seorang mukmin ketika berhadapan dengan dalil adalah, sami'na wa atho'na, kami dengar dan kami taat. Semua itu demi kemaslahatan diri sendiri dan ummat Islam secara umum. Sebab pada dasarnya, tidak ada satupun syariat (aturan) yang merugikan umat Islam, yang ada adalah merugikan hawa nafsu. Karena tidak mungkin Allāh menurunkan syariat yang merugikan umatnya sendiri, itu mustahil.

Tapi memang manusia memiliki hawa nafsu, bagi mereka yang mengikuti hawa nafsu tidak semerta-merta tunduk pada syariat begitu saja, akan selalu ada penolakan dan bantahan, sekalipun itu adalah dalil yang shahih. Apalagi jika sudah mengusik kehidupan pribadinya (kebiasaannya), maka usaha untuk menolaknya pun lebih ekstra lagi.

Melawan hawa nafsu memang sangat berat, namun bagi mereka yang mampu menundukkannya mendapatkan pahala, InsyaAllah. Rasulullāh shalallāhu alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ

"Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad [berjuang] melawan dirinya dan hawa nafsunya". (Diriwayatkan oleh Ibnu An-Najjar dari Abu Dzarr Radhiyallahu anhu. Juga diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Ad-Dailami. Hadits ini juga dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush-Shaghîr, no 1099, dan beliau menjelaskannya secara rinci dalam Silsilah Ash-Shâhihah, no. 1496) [Sumber: https://almanhaj.or.id]

Tidak salah jika Rasulullāh mengatakan bahwa jihad paling utama adalah melawan hawa nafsu, karena memang berat dan tidak semua manusia bisa melawannya. Bahkan dari sebagian kita menjadi budak hawa nafsu itu saking beratnya, dengan salah satu ciri-cirinya seperti yang saya sebutkan diawal, yaitu selalu menolak dalil dan berusaha membantahnya.

Jangan sampai kita termasuk budak hawa nafsu yang senantiasa menolak dalil. Tapi kita harus sami'na wa atho'na, kami dengar dan kami ta'at, itulah prinsip seorang mukmin.

Wallahu A'lam

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pengikut Hawa Nafsu"

Posting Komentar

Syukran atas kunjungannya, jazakumullahu khair.
• Berkomentarlah dengan baik, sopan dan hindari debat kusir.
• Silahkan memberi kritikan dan saran yang membangun.