Perbedaan Dalam Agama


Perbedaan dalam agama yang ditolerir (dimaklumi) adalah perbedaan dalam masalah furu' (cabang agama), seperti perkara fiqih. Terlebih dalam ranah ijtihadiyah, ulama bisa berbeda pendapat dalam menghukumi sesuatu, dan perbedaan itu dimaklumi selama memang dalil yang dibawakan masing-masing bisa dipertanggungjawabkan. Dan jika sudah terjadi seperti ini, maka kita lihat pendapat yang paling rajih (valid), tanpa mengesampingkan pendapat yang lain.

Seperti hukum cadar, ulama berbeda pendapat dalam perkara ini. Sebagian ulama menghukumi wajib, dengan alasan seluruh tubuh wanita adalah aurat (menimbulkan fitnah bagi laki-laki), dan sebagian yang lain berpendapat bahwa hukum cadar adalah sunnah. Kita harus berlapang dada dalam masalah perbedaan pendapat tersebut. Pilih pendapat yang paling rajih, dan tanpa merendahkan pendapat yang lain.

Adapun perbedaan yang tidak ditolerir atau kita tidak boleh berbeda (berselisih) dalam hal tersebut adalah dalam perkara ushuluddin (pokok agama), seperti dalam permasalahan aqidah dan manhaj. Perkara aqidah sudah paten, semua ulama sepakat, tidak ada perbedaan. Dan jika ada yang berbeda dalam perkara ini, bisa dipastikan bahwa itu penyimpangan.

Seperti perkara Allah beristiwa' diatas Arsy (diatas langit), semua ulama sepakat dalam perkara ini, berdasarkan Nash yang shahih, baik Al Qur'an maupun Hadits. Jika ada yang berpendapat Allah ada dimana-mana atau pendapat lain selain dari pendapat pertama, maka dipastikan bahwa orang tersebut menyimpang dari kebenaran.

Contoh lain, bahwa Allah memiliki tangan, namun berbeda dengan makhluk-Nya, ulama juga sepakat dalam hal ini. Jika ada yang tidak menerima hal tersebut, atau memalingkan makna bahwa yang dimaksud bukan tangan tapi kekuasaan, bisa dipastikan bahwa itu penyimpangan.

Seperti penyimpangan Akh Abdul Somad Lc.

Kenapa saya menyebut Akh Abdul Somad Lc,? bukan Ustadz? Karena orang tersebut tidak patut dijadikan sumber ilmu atau rujukan, sangat banyak penyimpangannya terutama dalam perkara aqidah, seperti menolak Allah diatas langit. Dia adalah Ahlul Bid'ah yang harus kita hindari, banyak syubhat (kekeliruan) yang dimiliki. Sudah banyak Asatidzah mentahdzir dia agar kembali kepada pemahaman Salafus Shaleh (Ahlus Sunnah).

Teman sepemahamannya yang lain adalah Akh Adi Hidayat Lc yang keliru dalam masalah takdir, Akh Habib Rizieq Syihab sang provokator, pendemo, dan masih banyak yang lain sepemahaman dengannya yang sering bermajelis dengannya, yang mesti kita hindari. Mereka adalah penyebar syubhat.

Tapi, mereka kan shalat, puasa dan punya kebaikan juga?

Ingat, kelompok khawarij yang ibadahnya tidak ada duanya, namun kata Rasulullāh mereka adalah anjing-anjing neraka karena aqidah mereka rusak. Kita tidak boleh menyebut kebaikan orang-orang Ahli Bid'ah atau orang yang menyimpang dari Aqidah dan Manhaj Ahlus Sunnah, agar supaya orang awam tau penyimpangannya dan menghindarinya. Itu sudah prinsip Ahlus Sunnah.

Jadi, jangan sembarang menjadikan seseorang sebagai sumber rujukan dalam beragama. Perkara yang paling penting dan utama yang harus dilihat untuk menjadikan seseorang sebagai sumber rujukan adalah jika Manhaj-nya sudah benar dan Aqidah-nya lurus sesuai dengan Salafus Shaleh (Ahlus Sunnah). Jangan hanya modal terkenal dan banyak pengikutnya atau karena lucunya namun penuh syubhat dan dongeng seperti para ahli tasawuf (sufiyyun).

Wallahu A'lam

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Perbedaan Dalam Agama"

Posting Komentar

Syukran atas kunjungannya, jazakumullahu khair.
• Berkomentarlah dengan baik, sopan dan hindari debat kusir.
• Silahkan memberi kritikan dan saran yang membangun.